Jumat, 26 November 2010
nemu lagu jaman TK dulu...^^
Minggu, 07 November 2010
T.T
I’m back… okaeri….
Sebelumnay minta maap, udah jarang banget update tulisan di sini. soalnya musuh yg namanya males lagi kumat-kumatnya… bingung mau ngapain aja males,, bener2 nggak produktif..
anyway, sekarang sudah masa-masa akan meninggalkan kehidupan kampus (lebay,, masih lama ding...), sudah masa tua. Sudah dipandang senior sama banyak orang… namun apa dikata, usia yg sudah tua dan lebih senior dalam mengenyam pendidikan kampus tidak menjadi jaminan bahwa ilmu kita lebih banyak daripada adik2 kelas. Bahkan boleh dikata aku kuliah sampai sekarang belum dapat apa2… nggak ada perbedaan yg nyata antara aku yg dulu sama yg sekarang. Justru malah keadaan ada dan banyak yg berubah menjadi lebih buruk. Astaghfirullah…
Sekarang aku menjadi orang yg buruk…. Buruk banget,, sampai2 gustiAllah yang tiap hari aku pinta… justru malah aku lupakan. Astaghfirullah…. Ketika dalam keadaan serba terpuruk, barulah aku nyebut banyak2.. ketika aku berada dalam posisi yg “tinggi” justru aku malah lupa akan keberadaan gusti Allah.. yaAllah, hamba mohon segala ampunanmu,, berilah hamba petunjukMu.. keluarkanlah hamba dari segala kesesatan ini yaAllah. Jika menikah adalah jalan yg terbaik bagiku.. ridloilah hamba untuk segera menikah yaAllah.. hamba tidak kuat untuk hidup seperti ini terus2an.. hamba ingin hidup hamba focus ke arah yg benar.. hamba ingin hasil dari akhir hidup hamba menjadi akhir yang paling baik ya Allah.. ridloilah hamba yaAllah.. peliharalah sholat hamba… kuatkanlah atas segala keistiqomahan hamba… peliharalah atas segala pandangan hamba, segala perasaan hamba, hati hamba, perut hamba, kemaluan hamba, tangan hamba, telinga hamba, fikiran hamba yaAllah…
Dengan ini aku bertekad untuk tidak melakukan perbuatan yang sia-sia… aku nggak ingin hidupku hancur secara lebih… dan itu hanya dengan bantuanMu dan ridloMu ya Allah… yaAllah, perbanyaklah ibadah atas hamba. Tundukkanlah mata hamba.
Aku sangat ingin berhenti untuk melakukan segala kegiatan yg tidak bermanfaat itu. Apa yg aku lakukan sekarang akan kudapat hasilnya pada masa mendatang. Bisa dikata masa yg akan dating adalah hasil apa yang kita berbuat sekarang. Jadi, lakukanlah segala sesuatu yang bermanfaat, faqih. Ingat, waktu itu tidak akan bisa diputar kembali. Detik yang kamu selesaikan barusan tidak akan terulang kembali di masa yang akan datang.
Huff.. melankolis dan ironis sekali. Aku hobi banget nulis keistimewaan dan kekeramatan waktu. Tapi…. Astaghfirullah… sepertinya saya sangat layak mendapat predikat penghina waktu…. Astahgfirullah.. astaghfirullah….
Sungguh teramat sangat bodoh sekali….
Minggu, 29 Agustus 2010
setitik keindahan masa skandal jepit
perpisahan ini bukanlah perpisahan dalam arti sesungguhnya. Perpisahan ini hanya perpisahan seujung pensil yang patah.. hanya memisahkan dalam arti fana belaka,,, jauh lebih dari itu... kita sudah diikatkan dalam suasana kehangatan dalam arti sebuah teman. walaupun hanya dalam satu tahun kita diikatkan, namun keberadaan kita seperti ujung kuku yg diibaratkan oleh teman kita -nyonya udang goreng- dulu.... (ebi nggak boleh marah lho yaa.....*hehehe*)
oia,, sedikit pesan aja untuk semuanya... esok sudahlah kalian memiliki kelompok baru,, memiliki tim yang baru dan memiliki keluarga baru..... prinsip membangun sebuah tim dalam bentukan keluarga adalah membuat suasana kerja yang nyaman dan menyenangkan... jadilah orang yang menyenangkan di kelompok kalian dan jadilah orang yang berarti di kelompok kalian.... jadilah dewasa dengan menghadapi konflik dihadapan kalian bersama dengan keluarga baru kalian... konflik seberat apapun insyaAllah bisa tercover dengan kepala dingin dan masalah menjadi terselesaikan dengan cara yang menyenangkan....
kita hanya berpisah dalam dekapan kefanaan belaka.... aku harap,, kebersamaan kita tetap langgeng dan tetap terpelihara, sampai saatnya nanti kita menjadi teman sejawat dalam arti sesungguhnya....
Minggu, 20 Juni 2010
Sedikit cerita tentang khitan tadi…
Briefing sudah selesai, alat dan bahan sudah siap dan ahirnya kita menuju ke hari H untuk melaksanakan khitanan itu. Semua berjalan lancar.. namun ada kejadian2 menarik yang mungkin perlu digarisbawahi, terutama dalam pengoperasian teknik… banyak dari kita (terutama yg berlaku sbg asisten 1, spesifiknya lagi… yg masih imut *smile*) kurang tanggap dengan modifikasi2 teknik yg dilakukan oleh operator2 senior bsmi. Memang sih, bsmi sudah memiliki protap khusus dan “pas”, tapi kemampuan kita sebagai tenaga medis didepan meja op khitan juga seharusnya nggak terbatas pada kekaukan protap itu…. Protap memang wajib untuk dilaksanakan… tapi kita juga harus tau, teknik2 dasar yg lain.
I’ll give u an example….ada satu (atau beberapa) operator yang melakukan dorsumsisi, luangsung dilanjutkan ke sirkumsisi, sementara sang asisten 1 sibuk nyiapin needle holder, jarum, dan benangnya… Padahal yg dibutuhkan oleh sang operator sebenarnya jalan untuk mempermudah tindakan sirkumsisinya dengan megangin klem2. Sementara asisten 1 sibuk sendiri, dokter operatornya sudah selesai motong preputiumnya…. *smile*
Terus penguasaan teknik bedah minor (yg sebenarnya sangat muinoor sekali) juga penting dimiliki oleh asisten 1, apalagi operator. Masalah hecting… okelah,untuk melakukan khitan.. cuma modal bisa simpel terputus aja sudah cukup.. tapi saat kita menyatukan mukosa, fasia, kulit diusahakan sing pas gitu lho…. Sayang ketika kita sudah njahit dengan begitu kerennya (ala asada sensei mungkin…), tapi pating plecetot gara2 saat ngambil mukosa-kulitnya nggak pas.. banyak kejadian kulit yg melipat, mukosa yg nggeser ke bawah, dsb.. memang, kalo yg kayak gini butuh jam terbang… baru kita bisa melakukan dg sempurna…. Namun dengan pengalaman tadi, q rasa semuanya sudah paham,, minimal pernah melakukan... itu sudah jadi modal yg besar utk proses pembelajaran selanjutnya (buat asisten 1 yg masih imut2…. mohon diperhatikan ya….)
Ada kejadian,, kebetulan pasienq… dan di meja op saya menjabat sebagai petugas eselon-1. Pasien dengan burung gedhe, anak SMP kelas 2, sudah kita beri lido:ph kain 2:1. Walaupun sudah dikasi campuran, teteb aja yg namanya bleeding masih ada dan terus ngocor.... nggak terima cuma 1-2 tempat…. Tapi di buanyak tempat…. Sudah di dab… dikira sudah berhenti, ternyata ketika mau dijahit,, keluar lagi…. Ada di tempat yg lain,, sudah di klem… dirasa sudah berhenti,, ketika diobservasi lagi,, masih keluar… bahkan ada perdarahan yg rasanya tepat di bawah jahitan… (gek piye jal?) teteb kita klem…dab, klem, dab, klem, dab, klem… sampe bosen…. Plus ada kejadian unik pada pasien itu….nah, jahitan di jam 6 “terlepas” dan ikut “tergunting” saat dilakukan eksisi akhir di prepitum frenulum… kontan, byorrr… dan luka terlihat begitu menganga di bagian bawah…. Ckckck… dabdabdab…. Langsung dijahit sampai 3 jahitan (atau lebih? Aq lupa…). Benar2 pengalaman yg langka… (fiuh…) matur nuwun yaAllah….
Ada satu hal sepele yg bisa dijadikan pelajaran dari acara khitanan tadi, yakni masang plester… super sepele, tapi buktinya tadi 30 menit observasi post op banyak pasien yg mengeluhkan plesternya ucul.. ckckck…. parah… kenapa aku katakan parah? Soalnya yang pertama dilihat dari keluarga pasien adalah “tampilan luarnya”, seberapa buagusnya hasil hecting kita, ketika kita nggak bisa pasang perban-plester,, apalagi morat-marit kesana kemari… tetap dipandang, hasilnya jelek… berbeda persepsi ketika hasil hecting kita seharusnya nggak begitu bagus, tapi saat masang perban-plester terlihat rapi… bagus gitu,, keluarga pasiennya bakal seneng sana hasil potong burung kita *smile*
Guru yg paling berharga adalah pengalaman… setinggi apapun sekolah kita, nggak bisa dibandingkan dengan tingginya pengalaman dalam mengajarkan kita.. Dengan pengalaman yang kita dapat tadi, semoga bisa menjadi feedback positif dalam pemahaman kita mengenai ilmu khitan kedenpannya…..
Good job teman… saya salut dengan semuanya,,, syukran atas ilmunya… syukran atas bantuannya…..Teteb Smangaadddd!!!!!!!! BRAVO BSMI ^^
(Nb: maap, nulisnya nggak konsen, kawan… masih dalam kondisi tepar…)
Rabu, 05 Mei 2010
catatan kuliah dispan traumato
sebelumnya ngapunten kalau tulisan ini semrawut dan seadanya......masih original catetan kuliah soalnya.... ngapunten nanti kalau banyak salah ketik.....
===========================================================================================
truma kepala dan trauma thorax
sistematika penanganan traumatologi:
sken1-- melihat kedaruratannya pada airway problem...(yg mematikan airwaynya)
sken2-- tension pneumothorax---- kedaruratan airway dan breathing
sken3 ---- pada sirkulasi
ada trauma kepala dan fraktur femur-- multiple trauma
polapikir harus berdasar ABCD
pertanyaan
1. pram--dr.subandriyo... thorakotomi resusitatif... crossclamp aorta descendens... kenapa kok di klamp....apakah nanti tidak terjadi gangguan perfusi jaringan
2. cedera tumpul pada thorax.... terjadi PEA--- bukan indikasi thorakotomi resusitatif
3. oksigenasi sesudah dan sebelum airway definitif....
Ans
2. pada tumpul: evaluasi ABCD....A. manifes gangguan jalan nafas,, gurgling dll...
B... gangguan RR,,, retraksi..(fisik diagnostik)... C... ada hal yg mengancam jiwa apa tidak...
trauma tumpul biasanya menyebabkan tension... jarang jadi tamponade....
emergency nya ada di IGD...
masang abocath no 18 (paling gede)... di linea mid clavicularis... di manapun bisa... tapi jangan di depan sama di belakang.
baru kita pake tindakan definitifnya.....
1.biasanya dilakukan pada luka tusuk dada... langsung kita lakukan thoracotomi....
3. jadi kalau sebelum dilakukan intubasi,, harus memberikan ventialsi.... alat2nya tersedia,, terjadi cepat....
berikan tekanan pasitif saat ventilasi di face mask... kurang lebih 7 literan....
kalau anda punya alat ukur saturasi oksigen... kasih o2 dulu sampai angka 95,,, baru kasih intubasi (ET)...
kalau ndak punya... kasih oksigenasi 3menit....lalu anda tahan nafas....kalau anda tahan nafas sudah tidak tahan...
kalau anda nggak kuat.... hentikan oksigenasi......
besarnya oksigenasi kita ukur dg saturasi oksigen.... baiknya dari 95-100.... berikanlah oksigen dulu sampai angka saturasi 95,,, baru cubleslah ET itu....
galih turn...
Question...
1. luka bakar.... kebutuhan terapi cairan luka bakar ada dua... perbedaan penggunaan dari mana?
2. berdasar advance (betul nggak ya?) ada rumus BBx luas luka bakar x 1cc...
3. pneumothorax.... akibat fraktur costa ada gambaran paper bag.... maksudnya?
4. WSD..... ada3 tipe... penggunaannya seperti apa
5. fraktur impresi... terapi konservatifnya gimana dan seperti apa?
Ans...
1penumothorax... adanya udara di cavum pleura... disebabkan adanya kebocoran dalam alveoli... pada fraktur costa,, apakah akibat ketusuk iga yg patah? bisa iya dan bisa tidak... kalau bukan ketusuk... fenomena seperti paper bag.... fenomenanya mirip kayak kantung kertas yg ke-blow saat epiglotis tertutup...
kapan epiglotos nutup yaitu saat ekspirasi... glotis menutup... saat kita mau terjadi benturan... makanya paperbag fenomen terjadi....
5. fraktur impresi... transfer energiyg besar yang mengenai regio fronto parietal??? (apa iya??) permukaan tulangnya itu nggak sama tingginya....
fragmen frakturnya itu masuk.... diagnosa dengan melihat sisi sehatnya.... kubah kranium itu masuk... tabula internanya maka itu disebut dengan fraktura impresi... atau masuk sebesar satu senti...
kalau terbuka.. harus melakukan tindakan operasi
kalau tertutup... bisa dilakukan dengan terapi konservatif....
tabula interna masuk lebih dalem... dilihat dari sisi yg sehat
tidak dilakukan tindakan apapun untuk frakturnya...
1. resusitasi luka bakar.... formula baxter (parkland),,, formula advans and brook... yg dipakai adalah formula baxter... yg satunya nggak pernah di pakai....karena dianggap paling simpel dan aplikasinya lebih mudah....
4cc/kgbb/persentase luas bakar.... diberi dalam RL. pemberian nya separuh bagian. diberikan 8 jam pertama dan sisanya diberikan dalam 16 jam....
ditambahkan lart dextran 500-800 cc... dari jam 18 jam dari luka awalnya......
kalau anak2 diberikan 2cc/kgbb/persen luka bakar....
luas luka bakar lebih dari 50%.... monitoring ketat dari produksi urinnya 1-2cc/kgbb/jam....
WSD....
tipe1... water sealed drainage..... sealed harus terendam ... pipa harus terendam dalam air di botol...prinsipnya... satu saluran air... usaha utk mengeluarkan zat apa itu (air atau udara) dan sistemnya tertutup... ujung slang harus terendam...
tipe2.... itu ada dua botol...
tipe 3 ada tiga botol...
masing2 botol dihubungkan oleh slang penghubung.... prinsipnya tipe dua dan tiga itu ada mesin penyedot namanya continous suction...
kapan kita pakai WSD tipe 2 dan3... kalau terjadi penumpukan udara yg berlebih setelah kita pakai WSD1....
bismillah... insyaAllah lulus "LANGSUNG!!!!!!!!!!!!!"
kalau amat sangat tidak terpaksa jangan sampai izin....
yovan turn...
1. nonrebreathing mask dan rebreathing mask..... indikasi dari pemakaian alat tersebut? dan apakah ada kontra indikasinya?
2. tension pneumothorax... proses terjadinya... ada dua proses.... truma berasal dari luar... dan proses dari pulmonya yg rusak....
utk yg kedua ini gimana nanti caranya terapinya.... pulmonya dijahit atau gimana?
3. pada kasus trauma kalo ada udem laring.... hanya berselang berapa detik bisa meninggal.....
ans...
1. pada pemberian o2 yg dg vol besar.... pakai rebreathing dan non rebreathing.... sekitar 6-7liter... non rebreathing ada lubang2nya... setelah dia mghisap... bisa dikeluarkan lagi... kemudian o2 bisa diserap dari sentral...
kalau yg rebreathing... dia tanpa lubang2 dan dia ada kantongnya... semua pengeluaran dari paru... semua ditampung dan dihisap lagi ke paru2.....
kalau pemberian yg kecil... pakai kanul saja juga sudah cukup.... nasal canul 1-2 liter oksigennya.....
2. rongga pleura itu rongga tertutup yg teknya negatif... udara di cav pleura terjadi karena 3 hal... kalau dinding dadanya utuh,,, itu simpel pneumthorax....
terus ada pneumothorak terbuka
simpel, tension dan terbuka...
simple--- udara berasal dari sal pernafasan... kalau luka.... itu masuk ke
perbedaan simpel sama tension... setiap luka ada bekuan darah... darah itu akan menggumpal... simpel itu twoway traffic masuk.... jadi udara bisa mengalir dari cav pleura kembali ke atmosfer
kalau pada tension... udara itu masuk terus... oneway traffic... jadi dia bisa masuk cav pleura terus nggak bisa mbalik....
maka paru akan kempes,,, jantung akan terdesak.... dst...... (dilogika sendiri saja....)
3. pada kasus udem laring.... oya pasti......kalau additus laryngeus udem---cepet mati... orang luka bakar serak... ati2 udem laring.... caranya ya bikin airway secepatnya di daerah bawah.. surgical cricotiroidotomi.... harus segera!!!!
lakukan divertion... lakukan needle cricothyroidotomy.....
intubasi profilaksis....
penggunaan needle hanya sementara... 45 menit harus dilakukan cricothyroidotomi surgical...
=====================================================================================
semangadd ya bapak2 ibu2... dalam menjalankan tugas mulia sebagai peserta ujian blok nanti.......(lebayy -_-' )
jangan lupa belajar dan banyak2 berdoa.... biar kita 'lulus sekali ujian'..... dan dapet ilmu yg manfaat dunia akhirat.....
pesen buat kelompok ndoliters.... tu... request catetan udah q upload....... maap kalo ada byk salahnya........
Ganbatte!!!! ^^
Selasa, 20 April 2010
Sebuah tulisan mengenai "Mitos Kartini dan Rekayasa Sejarah"
Afwan sebelumnya... ini saya tampilkan sebuah tulisan yg berasal dari jonizar.wordpress.com..... berhubung sebentar lagi kita mau kartinian.... alangkah baiknya jika kita mengetahui bagaimana sebenarnya sosok Kartini yg dikultuskan bangsa Indonesia sebagai pencetus 'emansipasi'...... langsung mawon yuk......
================================================================================
Mengapa setiap 21 April kita memperingati Hari Kartini? Apakah tidak ada wanita Indonesia lain yang lebih layak ditokohkan?
Ada yang menarik pada Jurnal Islamia (INSISTS-Republika) edisi 9 April 2009 lalu. Dari empat halaman jurnal berbentuk koran yang membahas tema utama tentang Kesetaraan Gender, ada tulisan sejarawan Persis Tiar Anwar Bahtiar tentang Kartini. Judulnya: “Mengapa Harus Kartini?”
Sejarawan yang menamatkan magister bidang sejarah di Universitas Indonesia ini mempertanyakan: Mengapa Harus Kartini? Mengapa setiap 21 April bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini? Apakah tidak ada wanita Indonesia lain yang lebih layak ditokohkan dan diteladani dibandingkan Kartini?
Menyongsong tanggal 21 April 2009 kali ini, sangatlah relevan untuk membaca dan merenungkan artikel yang ditulis oleh Tiar Anwar Bahtiar tersebut. Tentu saja, pertanyaan bernada gugatan seperti itu bukan pertama kali dilontarkan sejarawan. Pada tahun 1970-an, di saat kuat-kuatnya pemerintahan Orde Baru, guru besar Universitas Indonesia, Prof. Dr. Harsja W. Bachtiar pernah menggugat masalah ini. Ia mengkritik ‘pengkultusan’ R.A. Kartini sebagai pahlawan nasional Indonesia.
Dalam buku Satu Abad Kartini (1879-1979), (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1990, cetakan ke-4), Harsja W. Bahtiar menulis sebuah artikel berjudul “Kartini dan Peranan Wanita dalam Masyarakat Kita”. Tulisan ini bernada gugatan terhadap penokohan Kartini. “Kita mengambil alih Kartini sebagai lambang emansipasi wanita di Indonesia dari orang-orang Belanda. Kita tidak mencipta sendiri lambang budaya ini, meskipun kemudian kitalah yang mengembangkannya lebih lanjut,” tulis Harsja W. Bachtiar, yang menamatkan doktor sosiologinya di Harvard University.
Harsja juga menggugat dengan halus, mengapa harus Kartini yang dijadikan sebagai simbol kemajuan wanita Indonesia. Ia menunjuk dua sosok wanita yang hebat dalam sejarah Indonesia. Pertama, Sultanah Seri Ratu Tajul Alam Safiatuddin Johan Berdaulat dari Aceh dan kedua, Siti Aisyah We Tenriolle dari Sulawesi Selatan. Anehnya, tulis Harsja, dua wanita itu tidak masuk dalam buku Sejarah Setengah Abad Pergerakan Wanita Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1978), terbitan resmi Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Tentu saja Kartini masuk dalam buku tersebut.
Padahal, papar Harsja, kehebatan dua wanita itu sangat luar biasa. Sultanah Safiatudin dikenal sebagai sosok yang sangat pintar dan aktif mengembangkan ilmu pengatetahuan. Selain bahasa Aceh dan Melayu, dia menguasai bahasa Arab, Persia, Spanyol dan Urdu. Di masa pemerintahannya, ilmu dan kesusastraan berkembang pesat. Ketika itulah lahir karya-karya besar dari Nuruddin ar-Raniry, Hamzah Fansuri, dan Abdur Rauf. Ia juga berhasil menampik usaha-usaha Belanda untuk menempatkan diri di daerah Aceh. VOC pun tidak berhasil memperoleh monopoli atas perdagangan timah dan komoditi lainnya. Sultanah memerintah Aceh cukup lama, yaitu 1644-1675. Ia dikenal sangat memajukan pendidikan, baik untuk pria maupun untuk wanita.
Tokoh wanita kedua yang disebut Harsja Bachriar adalah Siti Aisyah We Tenriolle. Wanita ini bukan hanya dikenal ahli dalam pemerintahan, tetapi juga mahir dalam kesusastraan. B.F. Matthes, orang Belanda yang ahli sejarah Sulawesi Selatan, mengaku mendapat manfaat besar dari sebuah epos La-Galigo, yang mencakup lebih dari 7.000 halaman folio. Ikhtisar epos besar itu dibuat sendiri oleh We Tenriolle. Pada tahun 1908, wanita ini mendirikan sekolah pertama di Tanette, tempat pendidikan modern pertama yang dibuka baik untuk anak-anak pria maupun untuk wanita.
J.H. Abendanon
Penelusuran Prof. Harsja W. Bachtiar terhadap penokohan Kartini akhirnya menemukan kenyataan, bahwa Kartini memang dipilih oleh orang Belanda untuk ditampilkan ke depan sebagai pendekar kemajuan wanita pribumi di Indonesia. Mula-mula Kartini bergaul dengan Asisten-Residen Ovink suami istri. Adalah Cristiaan Snouck Hurgronje, penasehat pemerintah Hindia Belanda, yang mendorong J.H. Abendanon, Direktur Departemen Pendidikan, Agama dan Kerajinan, agar memberikan perhatian pada Kartini tiga bersaudara.
Harsja menulis tentang kisah ini: “Abendanon mengunjungi mereka dan kemudian menjadi semacam sponsor bagi Kartini. Kartini berkenalan dengan Hilda de Booy-Boissevain, istri ajudan Gubernur Jendral, pada suatu resepsi di Istana Bogor, suatu pertemuan yang sangat mengesankan kedua belah pihak.”
Ringkasnya, Kartini kemudian berkenalan dengan Estella Zeehandelaar, seorang wanita aktivis gerakan Sociaal Democratische Arbeiderspartij (SDAP). Wanita Belanda ini kemudian mengenalkan Kartini pada berbagai ide modern, terutama mengenai perjuangan wanita dan sosialisme. Tokoh sosialisme H.H. van Kol dan penganjur “Haluan Etika” C.Th. van Deventer adalah orang-orang yang menampilkan Kartini sebagai pendekar wanita Indonesia.
Lebih dari enam tahun setelah Kartini wafat pada umur 25 tahun, pada tahun 1911, Abendanon menerbitkan kumpulan surat-surat Kartini dengan judul Door Duisternis tot Lich. Kemudian terbit juga edisi bahasa Inggrisnya dengan judul Letters of a Javaness Princess. Beberapa tahun kemudian, terbit terjemahan dalam bahasa Indonesia dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran (1922).
Dua tahun setelah penerbitan buku Kartini, Hilda de Booy-Boissevain mengadakan prakarsa pengumpulan dana yang memungkinkan pembiayaan sejumlah sekolah di Jawa Tengah. Tanggal 27 Juni 1913, didirikan Komite Kartini Fonds, yang diketuai C.Th. van Deventer. Usaha pengumpulan dana ini lebih memperkenalkan nama Kartini, serta ide-
idenya pada orang-orang di Belanda. Harsja Bachtriar kemudian mencatat: “Orang-orang Indonesia di luar lingkungan terbatas Kartini sendiri, dalam masa kehidupan Kartini hampir tidak mengenal Kartini dan mungkin tidak akan mengenal Kartini bilamana orang-orang Belanda ini tidak menampilkan Kartini ke depan dalam tulisan-tulisan, percakapan-percakapan maupun tindakan-tindakan mereka.”
Karena itulah, simpul guru besar UI tersebut: “Kita mengambil alih Kartini sebagai lambang emansipasi wanita di Indonesia dari orang-orang Belanda. Kita tidak mencipta sendiri lambang budaya ini, meskipun kemudian kitalah yang mengembangkannya lebih lanjut.”
Harsja mengimbau agar informasi tentang wanita-wanita Indonesia yang hebat-hebat dibuka seluas-luasnya, sehingga menjadi pengetahuan suri tauladan banyak orang. Ia secara halus berusaha meruntuhkan mitos Kartini: “Dan, bilamana ternyata bahwa dalam berbagai hal wanita-wanita ini lebih mulia, lebih berjasa daripada R.A. Kartini, kita harus berbangga bahwa wanita-wanita kita lebih hebat daripada dikira sebelumnya, tanpa memperkecil penghargaan kita pada RA Kartini.”
Dalam artikelnya di Jurnal Islamia (INSISTS-Republika, 9/4/2009), Tiar Anwar Bahtiar juga menyebut sejumlah sosok wanita yang sangat layak dimunculkan, seperti Dewi Sartika di Bandung dan Rohana Kudus di Padang (kemudian pindah ke Medan). Dua wanita ini pikiran-pikirannya memang tidak sengaja dipublikasikan. Tapi yang mereka lakukan lebih dari yang dilakukan Kartini. Berikut ini paparan tentang dua sosok wanita itu, sebagaimana dikutip dari artikel Tiar Bahtiar.
Dewi Sartika (1884-1947) bukan hanya berwacana tentang pendidikan kaum wanita. Ia bahkan berhasil mendirikan sekolah yang belakangan dinamakan Sakola Kautamaan Istri (1910) yang berdiri di berbagai tempat di Bandung dan luar Bandung. Rohana Kudus (1884-1972) melakukan hal yang sama di kampung halamannya. Selain mendirikan Sekolah Kerajinan Amal Setia (1911) dan Rohana School (1916), Rohana Kudus bahkan menjadi jurnalis sejak di Koto Gadang sampai saat ia mengungsi ke Medan. Ia tercatat sebagai jurnalis wanita pertama di negeri ini.
Kalau Kartini hanya menyampaikan ide-idenya dalam surat, mereka sudah lebih jauh melangkah: mewujudkan ide-ide dalam tindakan nyata. Jika Kartini dikenalkan oleh Abendanon yang berinisiatif menerbitkan surat-suratnya, Rohana menyebarkan idenya secara langsung melalui koran-koran yang ia terbitkan sendiri sejak dari Sunting Melayu (Koto Gadang, 1912), Wanita Bergerak (Padang), Radio (padang), hingga Cahaya Sumatera (Medan).
Bahkan kalau melirik kisah-kisah Cut Nyak Dien, Tengku Fakinah, Cut Mutia, Pecut Baren, Pocut Meurah Intan, dan Cutpo Fatimah dari Aceh, klaim-klaim keterbelakangan kaum wanita di negeri pada masa Kartini hidup ini harus segera digugurkan. Mereka adalah wanita-wanita hebat yang turut berjuang mempertahankan kemerdekaan Aceh dari serangan Belanda. Tengku Fakinah, selain ikut berperang juga adalah seorang ulama-wanita. Di Aceh, kisah wanita ikut berperang atau menjadi pemimpin pasukan perang bukan sesuatu yang aneh. Bahkan jauh-jauh hari sebelum era Cut Nyak Dien dan sebelum Belanda datang ke Indonesia, Kerajaan Aceh sudah memiliki Panglima Angkatan Laut wanita pertama, yakni Malahayati.
Jadi, ada baiknya bangsa Indonesia bisa berpikir lebih jernih: Mengapa Kartini? Mengapa bukan Rohana Kudus? Mengapa bukan Cut Nyak Dien? Mengapa Abendanon memilih Kartini? Dan mengapa kemudian bangsa Indonesia juga mengikuti kebijakan itu? Cut Nyak Dien tidak pernah mau tunduk kepada Belanda. Ia tidak pernah menyerah dan berhenti menentang penjajahan Belanda atas negeri ini.
Meskipun aktif berkiprah di tengah masyarakat, Rohana Kudus juga memiliki visi keislaman yang tegas. “Perputaran zaman tidak akan pernah membuat wanita menyamai laki-laki. Wanita tetaplah wanita dengan segala kemampuan dan kewajibannya. Yang harus berubah adalah wanita harus mendapat pendidikan dan perlakukan yang lebih baik. Wanita harus sehat jasmani dan rohani, berakhlak dan berbudi pekerti luhur, taat beribadah yang kesemuanya hanya akan terpenuhi dengan mempunyai ilmu pengetahuan,” begitu kata Rohana Kudus.
Seperti diungkapkan oleh Prof. Harsja W. Bachtiar dan Tiar Anwar Bahtiar, penokohan Kartini tidak terlepas dari peran Belanda. Harsja W. Bachtiar bahkan menyinggung nama Snouck Hurgronje dalam rangkaian penokohan Kartini oleh Abendanon. Padahal, Snouck adalah seorang orientalis Belanda yang memiliki kebijakan sistematis untuk meminggirkan Islam dari bumi Nusantara. Pakar sejarah Melayu, Prof. Naquib al-Attas sudah lama mengingatkan adanya upaya yang sistematis dari orientalis Belanda untuk memperkecil peran Islam dalam sejarah Kepulauan Nusantara.
Dalam bukunya, Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu ((Bandung: Mizan, 1990, cet. Ke-4), Prof. Naquib al-Attas menulis tentang masalah ini:
“Kecenderungan ke arah memperkecil peranan Islam dalam sejarah Kepulauan ini, sudah nyata pula, misalnya dalam tulisan-tulisan Snouck Hurgronje pada akhir abad yang lalu. Kemudian hampir semua sarjana-sarjana yang menulis selepas Hurgronje telah terpengaruh kesan pemikirannya yang meluas dan mendalam di kalangan mereka, sehingga tidak mengherankan sekiranya pengaruh itu masih berlaku sampai dewasa ini.”
Apa hubungan Kartini dengan Snouck Hurgronje? Dalam sejumlah suratnya kepada Ny. Abendanon, Kartini memang beberapa kali menyebut nama Snouck. Tampaknya, Kartini memandang orientalis-kolonialis Balanda itu sebagai orang hebat yang sangat pakar dalam soal Islam. Dalam suratnya kepada Ny. Abendanon tertanggal 18 Februari 1902, Kartini menulis:
”Salam, Bidadariku yang manis dan baik!… Masih ada lagi suatu permintaan penting yang hendak saya ajukan kepada Nyonya. Apabila Nyonya bertemu dengan teman Nyonya Dr. Snouck Hurgronje, sudikah Nyonya bertanya kepada beliau tentang hal berikut: ”Apakah dalam agama Islam juga ada hukum akil balig seperti yang terdapat dalam undang-undang bangsa Barat?” Ataukah sebaiknya saya memberanikan diri langsung bertanya kepada beliau? Saya ingin sekali mengetahui sesuatu tentang hak dan kewajiban perempuan Islam serta anak perempuannya.” (Lihat, buku Kartini: Surat-surat kepada Ny. R.M. Abendanon-Mandri dan Suaminya, (penerjemah: Sulastin Sutrisno), (Jakarta: Penerbit Djambatan, 2000), hal. 234-235).
Abdul Ghafar Al Holandi alias Snouck Hurgronye
Melalui bukunya, Snouck Hurgronje en Islam (Diindonesiakan oleh Girimukti Pusaka, dengan judul Snouck Hurgronje dan Islam, tahun 1989), P.SJ. Van Koningsveld memaparkan sosok dan kiprah Snouck Hurgronje dalam upaya membantu penjajah Belanda untuk ’menaklukkan Islam’. Mengikuti jejak orientalis Yahudi, Ignaz Goldziher, yang menjadi murid para Syaikh al-Azhar Kairo, Snouck sampai merasa perlu untuk menyatakan diri sebagai seorang muslim (1885) dan mengganti nama menjadi Abdul Ghaffar. Dengan itu dia bisa diterima menjadi murid para ulama Mekkah. Posisi dan pengalaman ini nantinya memudahkan langkah Snouck dalam menembus daerah-daerah Muslim di berbagai wilayah di Indonesia.
Menurut Van Koningsveld, pemerintah kolonial mengerti benar sepak terjang Snouck dalam ’penyamarannya’ sebagai Muslim. Snouck dianggap oleh banyak kaum Muslim di Nusantara ini sebagai ’ulama’. Bahkan ada yang menyebutnya sebagai ”Mufti Hindia Belanda’. Juga ada yang memanggilnya ”Syaikhul Islam Jawa”. Padahal, Snouck sendiri menulis tentang Islam: ”Sesungguhnya agama ini meskipun cocok untuk membiasakan ketertiban kepada orang-orang biadab, tetapi tidak dapat berdamai dengan peradaban modern, kecuali dengan suatu perubahan radikal, namun tidak sesuatu pun memberi kita hak untuk mengharapkannya.” (hal. 116).
Snouck Hurgronje (lahir: 1857) adalah adviseur pada Kantoor voor Inlandsche zaken pada periode 1899-1906. Kantor inilah yang bertugas memberikan nasehat kepada pemerintah kolonial dalam masalah pribumi. Dalam bukunya, Politik Islam Hindia Belanda, (Jakarta: LP3ES, 1985), Dr. Aqib Suminto mengupas panjang lebar pemikiran dan nasehat-nasehat Snouck Hurgronje kepada pemerintah kolonial Belanda. Salah satu strateginya, adalah melakukan ‘pembaratan’ kaum elite pribumi melalui dunia pendidikan, sehingga mereka jauh dari Islam. Menurut Snouck, lapisan pribumi yang berkebudayaan lebih tinggi relatif jauh dari pengaruh Islam. Sedangkan pengaruh Barat yang mereka miliki akan mempermudah mempertemukannya dengan pemerintahan Eropa. Snouck optimis, rakyat banyak akan mengikuti jejak pemimpin tradisional mereka. Menurutnya, Islam Indonesia akan mengalami kekalahan akhir melalui asosiasi pemeluk agama ini ke dalam kebudayaan Belanda. Dalam perlombaan bersaing melawan Islam bisa dipastikan bahwa asosiasi kebudayaan yang ditopang oleh pendidikan Barat akan keluar sebagai pemenangnya. Apalagi, jika didukung oleh kristenisasi dan pemanfaatan adat. (hal. 43).
Aqib Suminto mengupas beberapa strategi Snouck Hurgronje dalam menaklukkan Islam di Indonesia: “Terhadap daerah yang Islamnya kuat semacam Aceh misalnya, Snouck Hurgronje tidak merestui dilancarkan kristenisasi. Untuk menghadapi Islam ia cenderung memilih jalan halus, yaitu dengan menyalurkan semangat mereka kearah yang menjauhi agamanya (Islam) melalui asosiasi kebudayaan.” (hal. 24).
Itulah strategi dan taktik penjajah untuk menaklukkan Islam. Kita melihat, strategi dan taktik itu pula yang sekarang masih banyak digunakan untuk ‘menaklukkan’ Islam. Bahkan, jika kita cermati, strategi itu kini semakin canggih dilakukan. Kader-kader Snouck dari kalangan ‘pribumi Muslim’ sudah berjubel. Biasanya, berawal dari perasaan ‘minder’ sebagai Muslim dan silau dengan peradaban Barat, banyak ‘anak didik Snouck’ – langsung atau pun tidak – yang sibuk menyeret Islam ke bawah orbit peradaban Barat. Tentu, sangat ironis, jika ada yang tidak sadar, bahwa yang mereka lakukan adalah merusak Islam, dan pada saat yang sama tetap merasa telah berbuat kebaikan. (jonizar.wordpress.com)
Senin, 19 April 2010
suatu lirik tentang "struggle"
