Selasa, 20 April 2010

Sebuah tulisan mengenai "Mitos Kartini dan Rekayasa Sejarah"

Afwan sebelumnya... ini saya tampilkan sebuah tulisan yg berasal dari jonizar.wordpress.com..... berhubung sebentar lagi kita mau kartinian.... alangkah baiknya jika kita mengetahui bagaimana sebenarnya sosok Kartini yg dikultuskan bangsa Indonesia sebagai pencetus 'emansipasi'...... langsung mawon yuk......

================================================================================

Mengapa setiap 21 April kita memperingati Hari Kartini? Apakah tidak ada wanita Indonesia lain yang lebih layak ditokohkan?


Ada yang menarik pada Jurnal Islamia (INSISTS-Republika) edisi 9 April 2009 lalu. Dari empat halaman jurnal berbentuk koran yang membahas tema utama tentang Kesetaraan Gender, ada tulisan sejarawan Persis Tiar Anwar Bahtiar tentang Kartini. Judulnya: “Mengapa Harus Kartini?”
Sejarawan yang menamatkan magister bidang sejarah di Universitas Indonesia ini mempertanyakan: Mengapa Harus Kartini? Mengapa setiap 21 April bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini? Apakah tidak ada wanita Indonesia lain yang lebih layak ditokohkan dan diteladani dibandingkan Kartini?
Menyongsong tanggal 21 April 2009 kali ini, sangatlah relevan untuk membaca dan merenungkan artikel yang ditulis oleh Tiar Anwar Bahtiar tersebut. Tentu saja, pertanyaan bernada gugatan seperti itu bukan pertama kali dilontarkan sejarawan. Pada tahun 1970-an, di saat kuat-kuatnya pemerintahan Orde Baru, guru besar Universitas Indonesia, Prof. Dr. Harsja W. Bachtiar pernah menggugat masalah ini. Ia mengkritik ‘pengkultusan’ R.A. Kartini sebagai pahlawan nasional Indonesia.
Dalam buku Satu Abad Kartini (1879-1979), (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1990, cetakan ke-4), Harsja W. Bahtiar menulis sebuah artikel berjudul “Kartini dan Peranan Wanita dalam Masyarakat Kita”. Tulisan ini bernada gugatan terhadap penokohan Kartini. “Kita mengambil alih Kartini sebagai lambang emansipasi wanita di Indonesia dari orang-orang Belanda. Kita tidak mencipta sendiri lambang budaya ini, meskipun kemudian kitalah yang mengembangkannya lebih lanjut,” tulis Harsja W. Bachtiar, yang menamatkan doktor sosiologinya di Harvard University.
Harsja juga menggugat dengan halus, mengapa harus Kartini yang dijadikan sebagai simbol kemajuan wanita Indonesia. Ia menunjuk dua sosok wanita yang hebat dalam sejarah Indonesia. Pertama, Sultanah Seri Ratu Tajul Alam Safiatuddin Johan Berdaulat dari Aceh dan kedua, Siti Aisyah We Tenriolle dari Sulawesi Selatan. Anehnya, tulis Harsja, dua wanita itu tidak masuk dalam buku Sejarah Setengah Abad Pergerakan Wanita Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1978), terbitan resmi Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Tentu saja Kartini masuk dalam buku tersebut.
Padahal, papar Harsja, kehebatan dua wanita itu sangat luar biasa. Sultanah Safiatudin dikenal sebagai sosok yang sangat pintar dan aktif mengembangkan ilmu pengatetahuan. Selain bahasa Aceh dan Melayu, dia menguasai bahasa Arab, Persia, Spanyol dan Urdu. Di masa pemerintahannya, ilmu dan kesusastraan berkembang pesat. Ketika itulah lahir karya-karya besar dari Nuruddin ar-Raniry, Hamzah Fansuri, dan Abdur Rauf. Ia juga berhasil menampik usaha-usaha Belanda untuk menempatkan diri di daerah Aceh. VOC pun tidak berhasil memperoleh monopoli atas perdagangan timah dan komoditi lainnya. Sultanah memerintah Aceh cukup lama, yaitu 1644-1675. Ia dikenal sangat memajukan pendidikan, baik untuk pria maupun untuk wanita.
Tokoh wanita kedua yang disebut Harsja Bachriar adalah Siti Aisyah We Tenriolle. Wanita ini bukan hanya dikenal ahli dalam pemerintahan, tetapi juga mahir dalam kesusastraan. B.F. Matthes, orang Belanda yang ahli sejarah Sulawesi Selatan, mengaku mendapat manfaat besar dari sebuah epos La-Galigo, yang mencakup lebih dari 7.000 halaman folio. Ikhtisar epos besar itu dibuat sendiri oleh We Tenriolle. Pada tahun 1908, wanita ini mendirikan sekolah pertama di Tanette, tempat pendidikan modern pertama yang dibuka baik untuk anak-anak pria maupun untuk wanita.

J.H. Abendanon

Penelusuran Prof. Harsja W. Bachtiar terhadap penokohan Kartini akhirnya menemukan kenyataan, bahwa Kartini memang dipilih oleh orang Belanda untuk ditampilkan ke depan sebagai pendekar kemajuan wanita pribumi di Indonesia. Mula-mula Kartini bergaul dengan Asisten-Residen Ovink suami istri. Adalah Cristiaan Snouck Hurgronje, penasehat pemerintah Hindia Belanda, yang mendorong J.H. Abendanon, Direktur Departemen Pendidikan, Agama dan Kerajinan, agar memberikan perhatian pada Kartini tiga bersaudara.

Harsja menulis tentang kisah ini: “Abendanon mengunjungi mereka dan kemudian menjadi semacam sponsor bagi Kartini. Kartini berkenalan dengan Hilda de Booy-Boissevain, istri ajudan Gubernur Jendral, pada suatu resepsi di Istana Bogor, suatu pertemuan yang sangat mengesankan kedua belah pihak.”
Ringkasnya, Kartini kemudian berkenalan dengan Estella Zeehandelaar, seorang wanita aktivis gerakan Sociaal Democratische Arbeiderspartij (SDAP). Wanita Belanda ini kemudian mengenalkan Kartini pada berbagai ide modern, terutama mengenai perjuangan wanita dan sosialisme. Tokoh sosialisme H.H. van Kol dan penganjur “Haluan Etika” C.Th. van Deventer adalah orang-orang yang menampilkan Kartini sebagai pendekar wanita Indonesia.
Lebih dari enam tahun setelah Kartini wafat pada umur 25 tahun, pada tahun 1911, Abendanon menerbitkan kumpulan surat-surat Kartini dengan judul Door Duisternis tot Lich. Kemudian terbit juga edisi bahasa Inggrisnya dengan judul Letters of a Javaness Princess. Beberapa tahun kemudian, terbit terjemahan dalam bahasa Indonesia dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang: Boeah Pikiran (1922).
Dua tahun setelah penerbitan buku Kartini, Hilda de Booy-Boissevain mengadakan prakarsa pengumpulan dana yang memungkinkan pembiayaan sejumlah sekolah di Jawa Tengah. Tanggal 27 Juni 1913, didirikan Komite Kartini Fonds, yang diketuai C.Th. van Deventer. Usaha pengumpulan dana ini lebih memperkenalkan nama Kartini, serta ide-

idenya pada orang-orang di Belanda. Harsja Bachtriar kemudian mencatat: “Orang-orang Indonesia di luar lingkungan terbatas Kartini sendiri, dalam masa kehidupan Kartini hampir tidak mengenal Kartini dan mungkin tidak akan mengenal Kartini bilamana orang-orang Belanda ini tidak menampilkan Kartini ke depan dalam tulisan-tulisan, percakapan-percakapan maupun tindakan-tindakan mereka.”
Karena itulah, simpul guru besar UI tersebut: “Kita mengambil alih Kartini sebagai lambang emansipasi wanita di Indonesia dari orang-orang Belanda. Kita tidak mencipta sendiri lambang budaya ini, meskipun kemudian kitalah yang mengembangkannya lebih lanjut.”
Harsja mengimbau agar informasi tentang wanita-wanita Indonesia yang hebat-hebat dibuka seluas-luasnya, sehingga menjadi pengetahuan suri tauladan banyak orang. Ia secara halus berusaha meruntuhkan mitos Kartini: “Dan, bilamana ternyata bahwa dalam berbagai hal wanita-wanita ini lebih mulia, lebih berjasa daripada R.A. Kartini, kita harus berbangga bahwa wanita-wanita kita lebih hebat daripada dikira sebelumnya, tanpa memperkecil penghargaan kita pada RA Kartini.”
Dalam artikelnya di Jurnal Islamia (INSISTS-Republika, 9/4/2009), Tiar Anwar Bahtiar juga menyebut sejumlah sosok wanita yang sangat layak dimunculkan, seperti Dewi Sartika di Bandung dan Rohana Kudus di Padang (kemudian pindah ke Medan). Dua wanita ini pikiran-pikirannya memang tidak sengaja dipublikasikan. Tapi yang mereka lakukan lebih dari yang dilakukan Kartini. Berikut ini paparan tentang dua sosok wanita itu, sebagaimana dikutip dari artikel Tiar Bahtiar.
Dewi Sartika (1884-1947) bukan hanya berwacana tentang pendidikan kaum wanita. Ia bahkan berhasil mendirikan sekolah yang belakangan dinamakan Sakola Kautamaan Istri (1910) yang berdiri di berbagai tempat di Bandung dan luar Bandung. Rohana Kudus (1884-1972) melakukan hal yang sama di kampung halamannya. Selain mendirikan Sekolah Kerajinan Amal Setia (1911) dan Rohana School (1916), Rohana Kudus bahkan menjadi jurnalis sejak di Koto Gadang sampai saat ia mengungsi ke Medan. Ia tercatat sebagai jurnalis wanita pertama di negeri ini.
Kalau Kartini hanya menyampaikan ide-idenya dalam surat, mereka sudah lebih jauh melangkah: mewujudkan ide-ide dalam tindakan nyata. Jika Kartini dikenalkan oleh Abendanon yang berinisiatif menerbitkan surat-suratnya, Rohana menyebarkan idenya secara langsung melalui koran-koran yang ia terbitkan sendiri sejak dari Sunting Melayu (Koto Gadang, 1912), Wanita Bergerak (Padang), Radio (padang), hingga Cahaya Sumatera (Medan).
Bahkan kalau melirik kisah-kisah Cut Nyak Dien, Tengku Fakinah, Cut Mutia, Pecut Baren, Pocut Meurah Intan, dan Cutpo Fatimah dari Aceh, klaim-klaim keterbelakangan kaum wanita di negeri pada masa Kartini hidup ini harus segera digugurkan. Mereka adalah wanita-wanita hebat yang turut berjuang mempertahankan kemerdekaan Aceh dari serangan Belanda. Tengku Fakinah, selain ikut berperang juga adalah seorang ulama-wanita. Di Aceh, kisah wanita ikut berperang atau menjadi pemimpin pasukan perang bukan sesuatu yang aneh. Bahkan jauh-jauh hari sebelum era Cut Nyak Dien dan sebelum Belanda datang ke Indonesia, Kerajaan Aceh sudah memiliki Panglima Angkatan Laut wanita pertama, yakni Malahayati.
Jadi, ada baiknya bangsa Indonesia bisa berpikir lebih jernih: Mengapa Kartini? Mengapa bukan Rohana Kudus? Mengapa bukan Cut Nyak Dien? Mengapa Abendanon memilih Kartini? Dan mengapa kemudian bangsa Indonesia juga mengikuti kebijakan itu? Cut Nyak Dien tidak pernah mau tunduk kepada Belanda. Ia tidak pernah menyerah dan berhenti menentang penjajahan Belanda atas negeri ini.
Meskipun aktif berkiprah di tengah masyarakat, Rohana Kudus juga memiliki visi keislaman yang tegas. “Perputaran zaman tidak akan pernah membuat wanita menyamai laki-laki. Wanita tetaplah wanita dengan segala kemampuan dan kewajibannya. Yang harus berubah adalah wanita harus mendapat pendidikan dan perlakukan yang lebih baik. Wanita harus sehat jasmani dan rohani, berakhlak dan berbudi pekerti luhur, taat beribadah yang kesemuanya hanya akan terpenuhi dengan mempunyai ilmu pengetahuan,” begitu kata Rohana Kudus.
Seperti diungkapkan oleh Prof. Harsja W. Bachtiar dan Tiar Anwar Bahtiar, penokohan Kartini tidak terlepas dari peran Belanda. Harsja W. Bachtiar bahkan menyinggung nama Snouck Hurgronje dalam rangkaian penokohan Kartini oleh Abendanon. Padahal, Snouck adalah seorang orientalis Belanda yang memiliki kebijakan sistematis untuk meminggirkan Islam dari bumi Nusantara. Pakar sejarah Melayu, Prof. Naquib al-Attas sudah lama mengingatkan adanya upaya yang sistematis dari orientalis Belanda untuk memperkecil peran Islam dalam sejarah Kepulauan Nusantara.

Dalam bukunya, Islam dalam Sejarah dan Kebudayaan Melayu ((Bandung: Mizan, 1990, cet. Ke-4), Prof. Naquib al-Attas menulis tentang masalah ini:
“Kecenderungan ke arah memperkecil peranan Islam dalam sejarah Kepulauan ini, sudah nyata pula, misalnya dalam tulisan-tulisan Snouck Hurgronje pada akhir abad yang lalu. Kemudian hampir semua sarjana-sarjana yang menulis selepas Hurgronje telah terpengaruh kesan pemikirannya yang meluas dan mendalam di kalangan mereka, sehingga tidak mengherankan sekiranya pengaruh itu masih berlaku sampai dewasa ini.”

Apa hubungan Kartini dengan Snouck Hurgronje? Dalam sejumlah suratnya kepada Ny. Abendanon, Kartini memang beberapa kali menyebut nama Snouck. Tampaknya, Kartini memandang orientalis-kolonialis Balanda itu sebagai orang hebat yang sangat pakar dalam soal Islam. Dalam suratnya kepada Ny. Abendanon tertanggal 18 Februari 1902, Kartini menulis:
”Salam, Bidadariku yang manis dan baik!… Masih ada lagi suatu permintaan penting yang hendak saya ajukan kepada Nyonya. Apabila Nyonya bertemu dengan teman Nyonya Dr. Snouck Hurgronje, sudikah Nyonya bertanya kepada beliau tentang hal berikut: ”Apakah dalam agama Islam juga ada hukum akil balig seperti yang terdapat dalam undang-undang bangsa Barat?” Ataukah sebaiknya saya memberanikan diri langsung bertanya kepada beliau? Saya ingin sekali mengetahui sesuatu tentang hak dan kewajiban perempuan Islam serta anak perempuannya.” (Lihat, buku Kartini: Surat-surat kepada Ny. R.M. Abendanon-Mandri dan Suaminya, (penerjemah: Sulastin Sutrisno), (Jakarta: Penerbit Djambatan, 2000), hal. 234-235).

Abdul Ghafar Al Holandi alias Snouck Hurgronye
Melalui bukunya, Snouck Hurgronje en Islam (Diindonesiakan oleh Girimukti Pusaka, dengan judul Snouck Hurgronje dan Islam, tahun 1989), P.SJ. Van Koningsveld memaparkan sosok dan kiprah Snouck Hurgronje dalam upaya membantu penjajah Belanda untuk ’menaklukkan Islam’. Mengikuti jejak orientalis Yahudi, Ignaz Goldziher, yang menjadi murid para Syaikh al-Azhar Kairo, Snouck sampai merasa perlu untuk menyatakan diri sebagai seorang muslim (1885) dan mengganti nama menjadi Abdul Ghaffar. Dengan itu dia bisa diterima menjadi murid para ulama Mekkah. Posisi dan pengalaman ini nantinya memudahkan langkah Snouck dalam menembus daerah-daerah Muslim di berbagai wilayah di Indonesia.
Menurut Van Koningsveld, pemerintah kolonial mengerti benar sepak terjang Snouck dalam ’penyamarannya’ sebagai Muslim. Snouck dianggap oleh banyak kaum Muslim di Nusantara ini sebagai ’ulama’. Bahkan ada yang menyebutnya sebagai ”Mufti Hindia Belanda’. Juga ada yang memanggilnya ”Syaikhul Islam Jawa”. Padahal, Snouck sendiri menulis tentang Islam: ”Sesungguhnya agama ini meskipun cocok untuk membiasakan ketertiban kepada orang-orang biadab, tetapi tidak dapat berdamai dengan peradaban modern, kecuali dengan suatu perubahan radikal, namun tidak sesuatu pun memberi kita hak untuk mengharapkannya.” (hal. 116).
Snouck Hurgronje (lahir: 1857) adalah adviseur pada Kantoor voor Inlandsche zaken pada periode 1899-1906. Kantor inilah yang bertugas memberikan nasehat kepada pemerintah kolonial dalam masalah pribumi. Dalam bukunya, Politik Islam Hindia Belanda, (Jakarta: LP3ES, 1985), Dr. Aqib Suminto mengupas panjang lebar pemikiran dan nasehat-nasehat Snouck Hurgronje kepada pemerintah kolonial Belanda. Salah satu strateginya, adalah melakukan ‘pembaratan’ kaum elite pribumi melalui dunia pendidikan, sehingga mereka jauh dari Islam. Menurut Snouck, lapisan pribumi yang berkebudayaan lebih tinggi relatif jauh dari pengaruh Islam. Sedangkan pengaruh Barat yang mereka miliki akan mempermudah mempertemukannya dengan pemerintahan Eropa. Snouck optimis, rakyat banyak akan mengikuti jejak pemimpin tradisional mereka. Menurutnya, Islam Indonesia akan mengalami kekalahan akhir melalui asosiasi pemeluk agama ini ke dalam kebudayaan Belanda. Dalam perlombaan bersaing melawan Islam bisa dipastikan bahwa asosiasi kebudayaan yang ditopang oleh pendidikan Barat akan keluar sebagai pemenangnya. Apalagi, jika didukung oleh kristenisasi dan pemanfaatan adat. (hal. 43).
Aqib Suminto mengupas beberapa strategi Snouck Hurgronje dalam menaklukkan Islam di Indonesia: “Terhadap daerah yang Islamnya kuat semacam Aceh misalnya, Snouck Hurgronje tidak merestui dilancarkan kristenisasi. Untuk menghadapi Islam ia cenderung memilih jalan halus, yaitu dengan menyalurkan semangat mereka kearah yang menjauhi agamanya (Islam) melalui asosiasi kebudayaan.” (hal. 24).
Itulah strategi dan taktik penjajah untuk menaklukkan Islam. Kita melihat, strategi dan taktik itu pula yang sekarang masih banyak digunakan untuk ‘menaklukkan’ Islam. Bahkan, jika kita cermati, strategi itu kini semakin canggih dilakukan. Kader-kader Snouck dari kalangan ‘pribumi Muslim’ sudah berjubel. Biasanya, berawal dari perasaan ‘minder’ sebagai Muslim dan silau dengan peradaban Barat, banyak ‘anak didik Snouck’ – langsung atau pun tidak – yang sibuk menyeret Islam ke bawah orbit peradaban Barat. Tentu, sangat ironis, jika ada yang tidak sadar, bahwa yang mereka lakukan adalah merusak Islam, dan pada saat yang sama tetap merasa telah berbuat kebaikan. (jonizar.wordpress.com)

Senin, 19 April 2010

suatu lirik tentang "struggle"


When i get older, they'll call me freedom
Just like a Waving Flag.

When I get older, I will be stronger,
They'll call me freedom, just like a Waving Flag,
And then it goes back, and then it goes back,
And then it goes back

Born to a throne, stronger than Rome
but Violent prone, poor people zone,
But it's my home, all I have known,
Where I got grown, streets
 we would roam.
But out of the darkness, I came the farthest,
Among the hardest survival.
Learn from these streets, it can be bleak,
Except no defeat, surrender retreat,

So we struggling, fighting to eat and
We wondering when we'll be free,
So we patiently wait, for that fateful day,
It's not far away, so for now we say

When I get older, I will be stronger,
They'll call me freedom, just like a Waving Flag,
And then it goes back, and then it goes back,
And then it goes back

So many wars, settling scores,
Bringing us promises, leaving us poor,
I heard them say, love is the way,
Love is the answer, that's what they say,
But look how they treat us,
 Make us believers,
We fight their battles, then they deceive us,
Try to control us, they couldn't hold us,
Cause we just move
 forward like Buffalo Soldiers.

But we struggling, fighting to eat,
And we wondering, when we'll be free
So we patiently wait, for that faithful day,
It's not far away, but for now we say,

When I get older, I will be stronger,
They'll call me freedom, just like a Waving Flag,
And then it goes back, and then it goes back,
And then it goes back
When I get older, I will be stronger,
They'll call me freedom, just like a Waving Flag,
And then it goes back, and then it goes back,
And then it goes back

(Ohhhh Ohhhh Ohhhhh Ohhhh)
And everybody will be singing it
(Ohhhh Ohhhh Ohhhhh Ohhhh)
And you and I will be singing it
(Ohhhh Ohhhh Ohhhhh Ohhhh)
And we all will be singing it
(Ohhh Ohh Ohh Ohh)

When I get older, I will be stronger,
They'll call me freedom, just like a Waving Flag,
And then it goes back, and then it goes back,
And then it goes back
When I get older, I will be stronger,
They'll call me freedom,
 just like a Waving Flag,
And then it goes back, and then it goes back,
And then it goes back

When I get older, when I get older
I will be stronger, just like a Waving Flag,
Just like a Waving Flag, just like a Waving flag
Flag, flag, Just like a
 Waving Flag

====================================================


Subhanallah..... Liriknya dalem banget ya..... "But  we struggling, fighting to eat.. dst"
nice....

Kamis, 15 April 2010

Cerita lansia yang ‘bergairah’ (skandal jepit15 eromoko part1)

Simpel story seperti biasanya. Kali ini mau sedikit curhat ttg field lab kelompokq yg kemarin... berawal dari sebuah jarkom yg ‘agak sedikit’ nggenah dari sang pak ketua jarkom… “gerakan field lab bangun pagi jam4”,, pada intinya berisi tentang: tolong dipastikan semua anggota kelompok ‘harus’ bangun sebelum jam setengah 5, mengingat sesuai jadwal yg qt sepakati jam 5 seperempat harus sudah berangkat otw dari kampus menuju puskesmas tempat FL qt bernaung… nun jauh di eromoko sana…..

Syukurlah,, sang ketua jarkom bisa bangun jam 4 pas

s… habis itu langsung nelponin anggotanya satu persatu….”semuanya”,, dan memastikan kalo para anggota suda ‘melek’ dg tepat sasaran… hohoho,, keren juga ya,, satu kelompok bisa serempak bangun pagi (buanget) demi tercapai tujuan dan cita2 awal kita (jam 5 seperempat ‘harus berangkat’>>>)…

Namun,, apa yg terjadi kawand2... Setelah perjuangan kita yg ‘susah payah’ berhasil kita galakkan… ternyata kita juga baru bisa berangkat ‘jam 6’...waduh,,, diperparah dari beberapa anggota kelompok qt ‘nggak baca jarkom dengan cara seksama dan dalam tempo yg sesingkat2nya’… walhasil dua makhluq dari kelompok ini nyangkut di kampus,, sementara yg lain udah nungguin di gerbang belakang…. ditambah lagi

 ‘penyebab utama’ delay take off qt dari kampus (maaf bahasa saya terlalu vulgar… hehe,,nggak bisa di-undo-e vir…..^^): sang boss pemilik avanza item… hmm,, siapa ya? (--)’ Habis itu juga… pemboikotan sang pembawa logistik utama kelompok… si nyonya cici meimei,, yg disergap duluan sama avanza item.. tapi akhirnya logistik cici meimei juga displit jadi dua waktu d tengah jalan…

Logika nggak akan berjalan sempurna tanpa logistik bukan…..

Hmm.. karavan kelompok qt terdiri dari dua mobil.. yg satu Trajet milik ‘sang kekasihnya darmini’ yg satunya lagi avanza item. Jadi mungkin kisah dibalik perjalanan pergi dan pulang, masing2 mobil beda… klao avanza item mungkin lebih anteng-tenaang banget,,, sampe2 penghuninya sempat tidur… kalo penghuni trajet… weleh,,, jangankan tidur… bertahan utk nggak ketawa aja udah bagusss…. (LOL^^) di sepajang perjalanan isinya ketawaa mulu… entah apa aja yg diomongin ujung2nya becandaan terus… hehe… sebenernya keadaan ini menguntungkan si penyupir mobil (pakdhe adhit) akhirnya ditemenin terus melek dari pergi pagi2 sampe pulang sore2…..

Jengjengjeng…. Ternyata dg berangkat jam6 pagi, qt sampe eromoko malah kepagian! Malah kunci pintu depan puskesmas baru dibuka…. Ternyata eromoko nggak sejauh yg kita bayangkan y kawand….kabar2nya eromoko itu juauuh di pucuk wonogiri mblasuk sana…. Isunya sampe 2,5 jam perjalanan solo-eromoko… ternyata… satu setengah jam aja cukup buat jalan ke eromoko… yah,, pengorbanan ‘bangun kepagian’ kita mungkin bisa dijadikan pelajaran ya

 teman… jadi mungkin besok kita berangkat ‘pagi aja’… (kalo ‘agak siang’ ntar malah kebablasan jam7 qt baru berangkat……)

Sesampainya di puskesmas eromoko… (setelah pintunya dibuka sama pak resepsionis puskesmas…) qt disetelin tipi… dan sempat sebentar nonton ‘iklan’ (sebenernya yg kita tonton waktu itu nggak jelas,, nggak tau apaan… cuma dipindah 2 aja…) dan nonton sedikit ‘gambar corek’ (bahasa yg dipake mbah2 buat nonton kartun)… sebenernya saya juga sedikit kasian sama temen2 yg terpaksa kepalanya mluntir demi nonton tipi itu… hehe

Kita dikasih tau kalo pelaksanaan posyandunya dimulai jam sepuluh entar,, soalya kemarin katanya dari mahasiswa mau datang jam sepuluh-an… Apaa?? Qt dateng pagi2, sementara acara field lab baru dimulai jam sepuluh….. weleh2….

tu bi kontinyu ya kawand…. Saya tak tidur siang bentar… ngantugg -__-

Sabtu, 10 April 2010

beberapa potongan cerita House


Dimulai ketika seorang amber mati karena mass accident. saat itu amber tidak dapat teridentifikasi, sementara house tau kalo ada ‘samting’ wrong…. Yup… kisah mulai menarik ketika season 4 berakhir. House broke up sama wilson, gara2 kematian ceweknya (amber). Setelah itu, cerita ketika house nemenin wilson saat pemakaman orangtuanya. Dan saat itu juga mereka baikan. Hmm, at that point ceritanya lumayan keren….

Lanjut, sebenernya aq nggak terlalu paham dengan alur cerita dr.house, tapi baru ‘menyadari’ kalau sinetron itu bener2 “wuuaah…” ketika kutner memutuskan untuk bunuh diri (sebab alasan yg aq belum tau, kurang lebih mungkin ada hubungannya sama sikap house yg semau dewe itu…). Setelah kutner dipastikan meninggal… (aq ngerasa miris ketika thirteen sama foreman nemuin jasadnya si kutner,, blood flooding into the floor.. ngeri) team nya house langsung mengalami keadaan krisis. Ditambah ketika house kena ‘halusinasi’ akibat adiksinya sama vicodine. Saat krisis itu, house berhalusinasi dia selalu diikuti oleh amber, kemanapun dia pergi, kemanapun ketika dia mau solving the case. Hoo,, kayaknya waktu itu house kena skizofren deh….

It’s complicated, ketika halusinasi house ‘bertambah paraah’…. Obsesinya thdp vicodine,, bikin dia tambah tepar…. Terbukti saat akhir season 5,, ketika semalam penuh dia berhalusinasi ‘tidur’ sama cuddy…. huee….  Dan berakhir dengan keputusan.. House ‘harus’ diterapi di rumah sakit jiwa….

Another scene yg bikin aq tercengang…. Chase nikah sama cameron!! (weeew…)

There’s always surprise in every episodes…..

Masuk ke season 6,, cerita saat House masuk ke Rumah Sakit Jiwa….ketika Chase ‘sengaja’ membunuh pasiennya sendiri… dan dia dilindungi oleh sejawatnya.. si foreman…..

Dan yg lain: kenapa musik latarnya selalu keren….???

what next….

Senin, 05 April 2010

Kamis, 01 April 2010

Teknik OP sirkumsisi (part2)

Setelah ‘medan tempur ‘ dipersiapkan sedemikian rupa, kebutuhan logistik peperangan juga telah siap. Komando ‘perang’ hendaknya langsung diberikan oleh  sang operator OP. Setelah obat anes dipastikan masuk, lihatlah kondisi mukosa preputium pasien, dg cara melipat (bc: menarik) preputium ke arah proksimal. Apabila terdapat adanya perlengketan antara preputium dg glands, lakukan diseksi tumpul preputium. Biasanya digunakan klem mosquito untuk diseksi. Tapi jangan serta merta qt menggunakan tindakan yg invasif. Usahakan diseksi denga menggunakan tangan dulu, alias diseksi manual dengan bantuan kassa. Apabila masih dirasa sulit, bisa ditetesin dikit dg iodin buat pelicinnya. Apabila dirasa masih sulit lagi, barulah kita diseksi dengan menggunakan klem mosquito (klem pean arteri yg bengkok itu lho pren….). penggunaan klem mosquito dilakukan jika pembukaan preputium dirasa sangat sulit. Tindakan invasif menggunakan minor set dilakukan yg terakhir karena risiko tindakan sgt besar (ruptur preputium, trauma glands, dsb). Usahakan buka preputiumnya sesoft mungkin dan segentle mungkin, ojo kasar2…hehe

Setelah preputium terbuka sepenuhnya, sampai terlihat sulcus corona glands, bersihkan seluruh smegma yg terlihat. Gunakan kassa dan iodin untuk membersihkannya. Sebenernya c smegma ini juga dalam kodisi yg ‘steril’ karena diproduksi langsung oleh kelenjar ‘tinju’.. alias gld. Tyson. Hanya saja, proporsional smegma secara struktural anatomis yg seperti itu menjadikannya sbg faktor predisposisi penumpukan flora maupun fauna yg tidak diinginkan (kalimat yg aneh (--)’…..). Setelah smegma bersih, ulurkan kembali preputiumnya ke arah distal.

Klem dg pean arteri di tiga arah jarum jam yakni jam 11, jam 1, dan jam 6. Cukup klem satu aja, jgn klem tiga karena bisa menyebabkan nekrose jaringan. Lakukan dorsumsisi tepat di arah jam 12 dg gunting jaringan. Pastikan dg sekali gunting sudah beres,, jadi dipaskan dulu posisi penampang gunting masuk di daerah mukosa sampai sejauh mana, lalu digunting…. Kress….. gitu… (btw ngguntingnya jgn sampai berkali2 yak…. Kreskreskress,,,,, brudul2 ntar….). Oia, ngguntingnya sampai sejauh mana dikira2 aja (sesuai dg intuisi masing2…),, jgn sampe mentok di sulcusnya, tapi kurang lebih ya sekitar 0,5 cm dari sulcus. Pokoknya dikira2 aja lah,, jangan terlalu jauh dari sulcus dan jangan terlalu dekat dengan sulcus. Prinsip ‘proporsional’ lah intinya….

Setelah tindakan dorsumsisi selesai, langsung ikat (jahit) pangkal hasil guntingan tadi. Nama populernya adalah ‘jahitan kendali’, soalnya jahitan tsb jadi titik tumpu eksisi preputium dan juga ‘mengendalikan’ biar diseksi dorsumsisinya tidak ruptur ke arah proksimal. Njahitnya pakai benang catgut 3/0 jarumnya pakai cutting biasa ukuran 11 atau 12. Teknik menjahitnya pake yg biasa aja, simple interrupted. Dg proporsi 212, alias 2 putaran clockwise, 1 counterclockwise, 2 clockwise lagi, baru ditutup dg gunting. Kalo masih nggak bisa mbayangin teknik njahitnya, ntar aja deh di SL lak dikasih,, hehehe… atau monggo bisa dilihat di video2 hecting, di youtube byk kok….

Yosh,, next…. Buka preputium lebar2… the next step is blocking aliran a.preputialis (raphe preputii) di arah jam 6. Untuk mengikat atau ligasi dari arterinya, secara legeartis pakailah jahitan metode angka 8. Rodo mbulet juga c sebenernya. Tapi kalo aq biasanya pake jahitan simple aja, 212 tadi. Hanya saja, jahitannya aq dobel dua kali biar manteb dan kenceng. Perlu diketahui bahwa dari arah jam 6 inilah byk sekali pemb2 darah (yg bercabang2 dari a.preputialis), jadi pastikan bahwa jahitannya ‘safe’. Setelah jahitan jam 12 dan 6 selesai, qt dpt langsung meng-eksisi preputiumnya.

Eksisi preputium dilakukan dengan gunting jaringan yg bengkok. Kenapa kok pake yg bengkok? Kok nggak yg lurus aja? Yah,,, karena formasi glands yg mbulet sirkuler itulah yg membuat qt lebih mudah mengeksisi dg gunting yg bengkok. Jadi sebisa mungkin nggak pakai gunting yg lurus… kecuali kalo terpaksa karena alat yg terbatas.. tapi implikasinya kalo pake gunting lurus ntar guntingannya nggak halus,, njrabut2 ngunu…. Jadi kalo mau ngemodel kepala ‘burung’ jadi ‘punk’.. pake aja gunting jaringan yg lurus… hehehe.. (model spike juga boleh…^^). Jgn lupa juga ya,, arah bengkoknya ke luar, tatakan tumpulnya tetep ada di dalam mukosa… eksisi bisa dilakukan dari arah ventral maupun dorsal. Kalau di buku2 training sirkumsisi, biasanya dari arah dorsal, alias dari jahitan kendali tadi mengarah ke jahitan ligasi. Kalo aq lebih suka dari ventral, jadi dari arah jahitan ligasi ke jahitan kendali. Jangan lupa juga diperkirakan, seberapa banyak akan dilakukan sirkumsisi. Jgn terlalu dekat dg sulcus dan jgn terlalu jauh dari sulcus. Usahakan semulus mungkin.

Biasanya sih preputium kanan-kiri dieksisi dulu baru dilakukan penjahitan. Kalo masih ragu/ grogi bisa juga setelah eksisi yg sebelah kiri terus lgsng dijahit, lalu dilanjutkan eksisi yg kanan lalu dijahit. Sak penaknya, yg nyaman yg mana monggo silakan… setelah eksisi, monitor apakah ada perdarahan…. Kendalikan perdarahan jika ada… jangan panik… (berabe banget ntar kalo pemain OP panik…), stay cool.. tetep calm…. Tekan perdarahan scr manual dg dab.. tahan beberapa saat lalu monitor,, bila masih ngocor,, klem untuk hemostasis, biarkan sejenak sambil qt melakukan pekerjaan yg lain (njahit atau apa kek…). Jika masih ngocor lagi,, observasi area perdarahan.. cari pemb darah yg bermasalah itu dan ligasi!! ligasinya nggak usah kenceng2 kayak yg tadi, pakai simple interrupted satu kali putaran aja, langsung di close. Lha kalo masih ngocor??? Usahakan jangan sampai pasien syok… teteb observasi sumber perdarahannya di sebelah mana dan harus ketemu…. Lha kalo sumber perdarahan nggak ketemu, terus pasien udah syok gitu? Yak,, saatnya buka emergency kit, pasang RL dan serahkan pada senior…..

Hohoho,,, ngeri ya? Tp alhamdulillah c... belum pernah dapet kasus kayak gitu… jgn sampe lah…..

Yapp,, landjoet…. Setelah seluruh preputium tereksisi sempurna, rapikan hasil eksisinya… ratakan yg nggak rata,, baguskan yg nggak bagus,, ngganteng kan yg nggak ganteng… jangan lupa… wajah ‘burung’ pasien adalah ‘wajah masa depan’ pasien… (sekali lagi marik kita tersenyum….^^) lho iya,, penting itu… kalo nggak rata atau antara kanan dan kiri nggak simetris, glands penisnya ntar bisa ketarik, trus bisa bengkok… nggak lucu kan, kalo ‘burung’nya nggak jadi ngganteng… setelah dirapikan, bisa langsung dijahit. Jahitannya juga masih pake yg simple interrupted kayak yg tadi2…dan yg simetris ya… diusahakan jumlah jahitan antara kanan-kiri sama. Jumlah jahitannya seberapa byk,, monggo silakan…terserah panjenengan,, yg penting simetris.

Setelah semua rampung dilakukan, silakan melakukan tindakan eksisi terakhir di bagian ujung preputium tepat di atas jahitan ligasi.. kress… hoho,, dan selesailah garapan kita…

Hmm,, berikan topikal antibiotik pada luka2 yg kita buat tadi,, balutkan juga sufratulle atau daryant-tulle di atas bekas luka. Lalu balut pake kasa steril… jadi deh wajah ‘burung’ yg baru… omoidetto…..^^