Selasa, 12 Januari 2010

Belajar dari setetes kopi

Pertama kali mendapatkan sense of sesruput kopi memang menyenangkan. Selama masa kuliah, aq merasa menghilangkan salah satu hobi lama waktu di DU dulu. Yup, hobi minum kopi. Dulu waktu SMA, aq lumayan sering hangout bareng sama temen ke coffee shop atau semacam itulah… (weeiiitss,, santri gaul cing.. haha,, bilang wae seneng cangkru’an). Nyruput kopi khas orang jawa timuran,, kopi nggerus dewe. So bold, so tasty, so yummy, but not so pricy, lhawong mung kelas santri. Ngopi disambi sama ngobrol ngalur-ngidul, nggak jelas arahnya kemana. Kadang2 ngomong masalah cewek. Dari pembahasan cewek bisa sampe nyelonong ke masalah teori kuantum fisika, dari ngomong fisika ngelindur ke masalah nikah (weleh2).  Nggak tau juntrungannya ke mana, trus otomatis nggak bisa disimpulkan, apa yg jadi pembahasan serius selama perjalanan sruput-menyruput kopi itu. Haha,, diriku kangen masa2 itu… (ditambah lagi, sak durunge ujian, mesti backupane karo kopi…)

Hmm,, lulus dari DU, wis lali karo ambu kopi. Udah jarang2 aq ngopi,, soalnya nggak ada taste lagi. Terlalu serius.. bahkan saking seriusnya, aq nggak pernah sadar.. kalo isine tiap hari ki mung guyon, karo males2an… haha,, terkadang melakukan hal2 yg nggak produktif, super konsumtif, dan nggak pernah sadar sama amanah sendiri… huff.. (hehe,, curcol ni… melankolis banged). Sampe akhirnya beberapa waktu lalu, nek nggak salah udah satu bulanan.. aq ngerasain lagi sense of the sruputan kopi. Aq kembali jadi penghobi kopi, sampe-sampe di lemariq sekarang ada 3 jenis kopi yg beda2.. dan semua itu black coffee.. (aq prefer kopi hitam dari semua jenis kopi). Hampir setiap hari aq srupat-sruput itu kopi. At least sehari minimal 1 gelas habis… nggak tau,, kq bisa seaddicted ini ya… aneh…

Tapi semasa kembalinya aq jadi maniak kopi, ada proses filosofis tersendiri (bc: pengalaman batin). Entah kenapa, suatu saat aq jadi suka banget sama yang namanya kopi. Kalo ada aktivitas apapun yg berhubungan dg komputer, biasanya diawali dg bikin kopi. Kebiasaan yg aneh,, (gara2 orangnya aneh kali ya?). haha,, belum kronis juga sih.. masih bisa dikontrol kok. Terus sampai pada suatu hari, aq sadar sepenuhnya bahwa ada saatnya aku nggak boleh minum kopi. Saat dimana perut blank. Pagi itu, entah kerasa beda. Pagi dimana jam 10, aq bakal berjuang mati2an menghadapi ujian blok pskiatri. Hmm,, bangun pagi (atau lebih tepatnya, bangun setelah ketiduran habis sholat subuh) reflek langsung bikin kopi gek ndang melek. Kan ntr jam 10 mau ujian… kopi sudah siap. Aq mbaca HO jiwa sambil nyruput kopi.. Dhuueeeerrr!!! Efek langsung kerasa setelah tetes terakhir. Perut langsung nggak bisa diajak kompromi… tiba2 nggembung gede… nyut-nyuut… clekit-clekiiitt… waduh…. Kacau,, maagq kumat maneh iki. Padahal udah lama aq gak kena serangan maag. Padahal lagi, jam 10 aq harus ujian. Padahal lagi, belum semua HO tak pelajari… waduoohh…

Efek nggak sebatas itu,, perutq udah kerasa lumayan setelah minum antasid. Tapi ada efek seru yg lain.. Aq palpitasi sepanjang hari!! All day,, sampe kebawa tidur malem aq masih deg2an. Padahal cuma gara2 secangkir kopi pagi. Waktu ujian pun aq nggarap sambil deg2an (wuaduh, gangguan cemas menyeluruh ki.. cemas gara2 kopi). Haha… dasar kopi…..

Kopi emang seru,, mulai dari cara pembuatan bubuk kopinya, jenis kopinya, cara ngemix gulanya, apalagi tastenya. Sampe sekarang aq nggak pernah ngerti, takaran yg ‘pas’ untuk bikin kopi. Soalnya kombinasi jumlah bubuk kopi sama gulanya kalau udah beda dikit, ya beda rasanya. Kalo ngerasa ‘pas’+uenak banget.. berarti bejo bejan, aq bisa bikin yg enak.. haha,, dasar penggila kopi…

Dibalik ke’seru’an itu, ternyata kopi juga punya efek ‘seru’ yg lain. Ya itu tadi,, masalah efek samping. Minum kopi harus proporsional. Nggak boleh di sembarang waktu, nggak boleh kebanyaken, nggak boleh disambi minum obat (ya iyalah..) dan nggak boleh2 yang lain. Prinsip proporsional ala kopi inilah yg bisa membuatku sadar bahwa dunia ini semuanya adalah proporsional. Sunnatullah selalu proporsional. Ketika kita menjalankan sesuatu diluar proses proporsional itu, maka hasil yang didapatkan juga pastilah nggak perfect. Ketika kopi beraroma pahit, adalah gula yg menetralisir rasa itu hingga aroma menjadi ‘pas’. Ada pahit ada manis, bahkan ada hitam dan ada putih. Ada rasa cinta, suatu saat juga ada rasa benci (terinspirasi oleh rasa benciku pada kopi saat itu).

Ada satu masa ketika kita memang harus senang, dan ada satu masa pastilah rasa senang itu teredam oleh sesuatu. aq yakin itu. Jadi, senanglah seproporsional mungkin, sehingga rasa senang itu ditimbulkan secara ihklas dan dapet brkh dari gusti Allah. Janganlah kamu mencintai sesuatu itu secara berlebih, karena suatu saat kamu juga bisa membencinya. Dan jangan membenci secara berlebih, karena suatu saat kamu juga bisa menyukainya. Cintailah secara proporsional dan bencilah secara proporsional.

Ah, ngomong opo to aq iki….

Nb: maap, nulisnya disambi separo ngelindur….

Minggu, 10 Januari 2010

The future is here

Yooossshh… akhirnya sudah mulai menggarap segalanya. Masa depan bisa dimulai dari sekarang. Masa depan akademik tentunya…. Alhamdulillah, syukur yaAllah,, hamba dapat menikmati segalanya dengan baik.. Semoga segala kebaikan itu engkau berikan barokah, hingga hamba dapat merasakan nikmatnya kebaikan itu hingga Akhir kelak..

Hmm,, seperti yang telah dikatakan sebelumnya,, aq nggak akan menghentikan proses ini dalam batas skripsi saja. Apalagi hanya untuk mendapatkan nilai A. bener kata dr. bos, kalau seumpama manuskrip skripsiku nanti bisa dijadiin draft riset yang bisa diajukan buat dapet post doctoral. Generasi muda harus lebih baik bukan?? Hehe… planningku untuk masa depan adalah untuk meraih profesor dalam usia 30 tahun? Is it possible? Why not?? Kalau pakai kalender usia, sekarang aku 20 tahun, semester 5. Kira2 sumpah dokter (kalau nggak telat insyaAllah) usia 23 atau 24 tahun. Ambil PTT paling lama 2 atau 3 tahun. So that, setelah itu aku bisa dapet ambil beasiswa riset post doctoral (kalo mau cepet, insyaAllah aku ambil di Jepang). At least paling lama aq butuh 5 tahun (itu kayak-e udah lama deh). During that time, aq bisa nyicil publikasi2 yang bertaraf internasional. Minimal “harus” ada 6-7 manuskrip internasional yg dihasilkan selama sekian perjalanan. Setelah itu, balik menjadi akademisi, mengabdi, dan beberapa tahun kemudian aq bisa mendapatkan gelar profesor dari dikti.

Huff.. ambisius? Itu haruss!! Berawal dari mimpi seperti inilah kita bisa berusaha, menargetkan hasil minimal yg harus tercapai. Because impossible is nothing. Semuanya amat sangat bisa dan harus punya azzam yg kuat utk merealisasikannya. Tidak hanya kemauan, namun juga usaha…

Bismillah, yaAllah.. ridloilah hamba….

Sabtu, 02 Januari 2010

Ide itu....

Mungkin bagi benak temen2 di kampus, apalagi yang sekarang lagi rame skripsian, yang namanya cari ilham untuk penelitian, “apa sih yang mau dilakuin waktu penelitian?” “aq mau nulis apa ya?” “waduu,, lha kalo kayak gini judulnya gimana?” “hehe, bingung nih nyari tema,” itu susah2 gampang… bisa dibilang juga gampang2 susah. Ato kalo yang saudah senior, malah gampang banget. Tinggal liat abstrak karya orang lain… bisalah tercetus percikan-percikan ide sederhana yg bisa membuat sebuah manuskrip ilmiah keren.. gimane caranya? Yuk,, qt bahas bareng2…. 

Walaupun diriku ini sendiri juga termasuk salah satu orang yang “haduu,, sing mau tak teliti ki sakjane apa yaa”, aq mencoba untuk membuka wawasan sedikit pengetahuan tentang caranya membuka ide.. yg sebenernya mudah, jika kita melatih kepekaan dalam membaca. OK, langsungan mawon yak,, dokter afi, ngapunten, saya juga minjem ide nulis dari tulisan dokter afi, semoga bermanfaat nggak cuma buat saya, tapi juga bagi semuanya yang lagi bingung nyari tema buat nulis… tapi tenang aja prend,, saya ini anti plagiatisme, jadi saya resume sendiri apa yg jadi pengalaman dan kedukaan saya dalam mengais2 ide (weks… melankolis banged…)

Satu yang jadi perahtian utama sebelum kita menulis atau memulai suatu penelitian, tentukan dulu tujuan dari penelitian kita. Apakah “cuma sekedar” untuk mengerjakan skripsi, apakah untuk mengejar publikasi, apakah untuk dikompetisikan, atau bahkan cuma sekedar untuk menurunkan dana fakultas (temen2 kastrat,, peace…. Hehe). Orang tu kalo mau nulis, jelas pasti ada tujuannya dan harus dipastikan bahwa tujuan itu adalah hasil minimal yang harus dicapai oleh sang penulis/ peneliti. Contohlah bahwasanya aq mau nulis artikel ilmiah yg nantinya mau tak masukin ke lomba X. pastikan tujuan penulisan adalah untuk memenangkan kompetisi tersebut. Aq mau penelitian “hanya” sebagai syarat kelulusan skripsi, dan “hanya” harus dapat nilai A. nah, dengan memastikan tujuan itu, berarti qt udah memasang target minimal realisasi ide yang bakal qt garap.

Yang kedua adalah tentukan tema yg akan kita tulis/ yg akan kita teliti. Dalam menentukan tema, pikirkan dulu hendaknya apa yg mau dicari dalam literatur entar. Konsep yg saya tawarkan adalah biarkan tema itu ada dalam benak diri anda, tidak perlu dapat dituliskan dulu dalam bahasa lisan. Pastikan tema itu “sreg” buat anda. Modal paling awal adalah suka,  jadi sukai dulu topik anda.

Setelah itu, baru… untuk mencari ide, dibutuhkan yg namanya kesabaran. Ngapa kok butuh sabar… soalnya proses pencarian ilham sebenarnya adalah membuka mata hati dengan pembukaan mata secara tajam dan pencernaan otak yang baik… (nah, lo.. maksutnya apa tu..). Alias, Baca!! Untuk memulai pembukaan mata hati terhadap ide, dibutuhkan suatu input pengetahuan yg cukup dari literatur.. proses ini bisa juga disebut dengan literature searching… pencarian literatur. Bukalah situs2 jurnal mengenai topik yg ingin anda teliti. Cari dan baca sebanyak mungkin literatur mengenai topik tersebut. Kalo dr.afi mencontohkan, anda bisa membuka situs pubmed, ketik keyword tema yg sudah terpikirkan,, contohlah mungkin “influenza” *hehe* buka dan download 1000-2000 abstrak jurnal yg berhubungan dengan influenza. Langsung baca cepat (skimming) abstrak2 tersebut. Dari sekian banyak abstrak yg qt baca, mungkin kita bisa mendapatkan 1 atau 2 ide mentah yang muncul. Sortir jurnal2 tersebut pada ide mentah yang anda dapatkan. Pelajari secara mendalam dan dapatkan full textnya. Berbekal satu atau dua ide mentah, saya yakin, anda dapat mengembangkannya menjadi satu ide “bahkan lebih” yg fix dan sangat feasible untuk dilakukan.

Intinya adalah rajin-rajinlah membaca publikasi ilmiah. Tujuan dari membaca paper2 seperti itu adalah untuk membuka wawasan kita. Siapa bilang mencari ide penelitian itu susah? Saya yakin, setelah anda membaca 500 full text dengan topik yang sama, anda akan mendapatkan ide2 yg keren… sing pas banget buat dijalankan. Jadi pada kesimpulannya, jika anda merasa sudah “mentok”, pastikan bahwa anda sudah membaca. Jika masih “mentok” lagi,, sadarilah, seberapa banyak anda membaca.

Buat dr. afi,, makasih banget ya dok… hehe