Alhamdulillah…
akhirnya mengetik lagi pakai laptop akhirnya setelah sekilan lama menghilang
dari peredaran.
Jangankan beredar,
koneksi internetpun aku tak punya.. hehe,, tapi alhamdulillahku kupastikan tak
kan pernah surut. Berusaha untuk selalu bersyukur di segala tempat, disegala
kesempitan, di segala musibah yang ada. Masih dalam tahap belajar. Karena aku
sendiri masih sadar kalau aku bukanlah ahli syukur. Ahli kufur malah, na’udzubillah….
Okay, mau nulis
apalagi nih…
Oya, hari ini sudah
hari kesepuluh ramadhan lho. Sudah banyak peristiwa yang telah kualami di
ramadhan kali ini. Dan ketakutanku yang terutama adalah aku masih belum bisa
memanfaatkan sepenuhnya momen kesepuluh hari ramadhan itu. Masih terlalu banyak
lena. Jangaknan ngaji, wirid aja banyak yang bolong. Wirid wajib padahal.
Hufff….. dan satu lagi, bab masalah
ngaji-pengajian. Karena posisiku sekarang berada di karangkobar, dinas, dan
tidak tahu waktu, adalah execuse yang mejadi kendalaku dalam menuntut ilmu di
bulan ini. ngilmu agomo.
Ah, jadi kangen solo.
Ketika aku menghabiskan bulan ramadhan tahun kemarin.
Hidup terasa berat
sepertinya, namun nikmatnya luarr biasa. Waktu itu aku stase apa ya? Lupa..
anak kayaknya. Dapet jadwal stase besar saat ramadhan sungguh cobaan. Di satu sisi
ingin produktif sinau di rumahsakit dengan tidak menjadi koas pato, di sisi
lain kalau diluar jam kerja pengen banget rasanya ikut pengajian dan tarawih
Qur’an.
Hasilnya,
alhamdulillah, dengan badan yang selalu mengeluh capek dan kurang tidur, aku paksakan
diriku untuk lebih banyak tidur di siang hari, pulang rumahsakit jam tiga,
tidur, bangun2 udah buka.. hehe…. Selanjutnya, setelah buka (langsung buka
besar tentunya), sholat dan siap-siap berangkat ke markas Raudhah utk
isya-tarawih Qur’an diimami sama habib Novel. Setelah selesai tarawih jam
setengah sembian, kemudian ngaso sebentar dengan suguhan yg diberi oleh habib
barang setengah jam. kemudian jam sembilan dimulailah pengajian. Di kala itu,
tujuh belas hari Arraudhah membahas tentang tafsir surat Yusuf. Salahsatu
cerita romantis sepanjang masa. Romansa teragung, karena tertoreh secara
sempurna dalam kalamNya. Uuaaapppiiiik tennaaann…. Jadi membayangkan para ahli
quran-ahli tata bahasa quran kalau lagi ngaos quran. Pengen rasane bisa membaca
Quran. Bukan sekedar menguntai lafadz, tapi bisa pribadi melantunkan
makna-maknanya sembari ngaos. Uueennaaak banget kayaknya.
Selama ini aku baca
qur’an hanya sekedar ngewess. Takutku masih dalam taraf bacaanku dan
istiqomahku. “Sekedar” baca qur’an aja nggak bisa, gimana bisa mau tau
maknanya. Makna bukan sekedar arti, tapi sirr di dalamnya. insyaAllah lah,
suatu saat. Mugi Engkau bukakan hati dan pemahaman padaku atas Qur’anmu Gusti.
Ingin sekali aku bisa menjadi Wali Mu dalam bidang Qur’an.
Mugi Engkau paringi
jalan yaAllah.