Senin, 01 Juli 2013

Ketika ku ditinggalkan

Alhamdulillah ‘ala kulli hal….
Bersyukur atas segala nikmat yang Panjenengan beri ya Gusti. Memang, sesuai janji Panjenengan, dibalik segala kesulitan itu terselip adanya kemudahan. Bahkan dari setitik kesulitan, Engkau berikan bejibun kemudahan di baliknya.

Alhamdulillah, hari ini hari berakhirnya masa bakti sementara beberapa temen doskhip puskesmasku. Berawal dari ramai-ramai ada empat orang hingga kini bersisa hanya ada dua orang.
Pada mulanya kita berangkat bareng, rame rame bareng. Nggarap pasien bareng. Visit bareng. Sarapan bareng. Pato bareng. Bahkan ngegodain mbak mbak perawat juga bareng. Akhirnya untuk sementara ada dua orang temen saya yang di dismissed, dihilangkan dari kehidupan kerja puskesmas karangkobar.

Lumayan terasa sih berat pada awalnya, sampai akhirnya harus saya sadari bahwa berat beban kerja yang bertambah ketika dua orang itu hilang belum ada apa-apanya bila melihat kinerja dokter puskesmas asli yang mengampu. Sifat kami para doskhip hanya membantu para dokter puskesmas karkob untuk pelayanan pasien, baik UKP maupun UKM. Dengan armada, logistik, dan fasilitas puskesmas yang sebesar itu (FYI puskesmas karkob lumayan gede loh) jadi beban yang lebih berat jika hanya ada dua orang dokter yang mengampu. Kita aja yang sifatnya membantu, sampai turun tangan habis-habisan ikut mengelola pasien puskesmas. Memang tidak secara langsung diikutkan dalam pengelolaan puskesmas, tapi cukup membantu dalam bidang pelayanan klinis puksesmas.

Bayangpun pasien yang bejibun jumlahnya, dengan eksistensi kita sebagai dokship aja diriku pernah mengeluh di tengah-tengah perjalanan. Padahal baru sebulan saya mendekem di puskesmas ini. Lhakalo ndak ada dokship, bisa diimajinasikan, betapa rempongnya dokter fingsional yg ngurus ini itu, segala tetek bengek urusan administrasi disamping pelayanan.

Alhamdulillah, menilik dari keberadaan kita. Para dokter tersebut merasa terbantu lebih banyak. Kalo ada serangan pasien igd, penanganannya lebih enak. Perawat pun kembali secara fungsional sesuai dengan kompetensinya. Maksud saya, adanya dokship di karkob seenggaknya bisa meminimalisir kurangnya masukan instruksi mau diapain pasien itu. Kalau pasien igd sedang ruwet, terkadang temen-temen paramedis juga bisa memberikan keputusan penanganan apa yang bisa diberikan ke pasien. Namun seenggaknya dengan keberadaan kita, semua instruksi tindakan medis bisa tepat langsung sasaran, tanpa adanya kesalahpahaman dari paramedis ke medis dan sebaliknya.

Senajane aku mbahas opo to ki… kok koyone rak nyambung…. Hehe

Pada intinya capek yang saya rasakan setelah ditinggalkan dua teman saya, tidak bisa dibandingkan dengan tingkat kecapekan sesepuh, para suhu saya, di puskesmas ini. Mereka sudah berkeluarga, punya anak, punya pikiran dan tanggungjawab terhadap keluarga dan pasien. Sementara saya? Tanggungjawabnya baru sebatas ke pembibing…. Dan tingkat kesibukan mereka pun saya rasa masih juaauuh sibuknya dibandingkan dengan sekedar saya.

Alhamdulillah, Panjenengan paring saya ridlo untuk menjomblo walau sementara. Harapan saya Gusti,, setelah iship ini berakhir, Engkau berikan tanggungjawab besar dimana saya bisa menerima dan amanah untuk menjalankannya. Paringono saya jodoh terbaik, Gusti.

Pun,, matur nuwun atas oret2an saya. Ndak saya edit lagi, soale udah kebelet mau nyuci.
Tengkyuh


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bagi pengguna pengunjung blog ini, silakan buka komentar di sini....