Alhamdulillah ‘ala kulli hal….
Bersyukur atas segala nikmat yang Panjenengan beri ya Gusti. Memang, sesuai
janji Panjenengan, dibalik segala kesulitan itu terselip adanya kemudahan. Bahkan
dari setitik kesulitan, Engkau berikan bejibun kemudahan di baliknya.
Alhamdulillah, hari ini hari berakhirnya masa bakti sementara beberapa
temen doskhip puskesmasku. Berawal dari ramai-ramai ada empat orang hingga kini
bersisa hanya ada dua orang.
Pada mulanya kita berangkat bareng, rame rame bareng. Nggarap pasien
bareng. Visit bareng. Sarapan bareng. Pato bareng. Bahkan ngegodain mbak mbak
perawat juga bareng. Akhirnya untuk sementara ada dua orang temen saya yang di dismissed,
dihilangkan dari kehidupan kerja puskesmas karangkobar.
Lumayan terasa sih berat pada awalnya, sampai akhirnya harus saya sadari
bahwa berat beban kerja yang bertambah ketika dua orang itu hilang belum ada
apa-apanya bila melihat kinerja dokter puskesmas asli yang mengampu. Sifat kami
para doskhip hanya membantu para dokter puskesmas karkob untuk pelayanan
pasien, baik UKP maupun UKM. Dengan armada, logistik, dan fasilitas puskesmas
yang sebesar itu (FYI puskesmas karkob lumayan gede loh) jadi beban yang lebih
berat jika hanya ada dua orang dokter yang mengampu. Kita aja yang sifatnya
membantu, sampai turun tangan habis-habisan ikut mengelola pasien puskesmas. Memang
tidak secara langsung diikutkan dalam pengelolaan puskesmas, tapi cukup
membantu dalam bidang pelayanan klinis puksesmas.
Bayangpun pasien yang bejibun jumlahnya, dengan eksistensi kita sebagai
dokship aja diriku pernah mengeluh di tengah-tengah perjalanan. Padahal baru sebulan
saya mendekem di puskesmas ini. Lhakalo ndak ada dokship, bisa diimajinasikan,
betapa rempongnya dokter fingsional yg ngurus ini itu, segala tetek bengek
urusan administrasi disamping pelayanan.
Alhamdulillah, menilik dari keberadaan kita. Para dokter tersebut merasa
terbantu lebih banyak. Kalo ada serangan pasien igd, penanganannya lebih enak. Perawat
pun kembali secara fungsional sesuai dengan kompetensinya. Maksud saya, adanya dokship
di karkob seenggaknya bisa meminimalisir kurangnya masukan instruksi mau
diapain pasien itu. Kalau pasien igd sedang ruwet, terkadang temen-temen paramedis
juga bisa memberikan keputusan penanganan apa yang bisa diberikan ke pasien. Namun
seenggaknya dengan keberadaan kita, semua instruksi tindakan medis bisa tepat
langsung sasaran, tanpa adanya kesalahpahaman dari paramedis ke medis dan
sebaliknya.
Senajane aku mbahas opo to ki… kok koyone rak nyambung…. Hehe
Pada intinya capek yang saya rasakan setelah ditinggalkan dua teman
saya, tidak bisa dibandingkan dengan tingkat kecapekan sesepuh, para suhu saya,
di puskesmas ini. Mereka sudah berkeluarga, punya anak, punya pikiran dan
tanggungjawab terhadap keluarga dan pasien. Sementara saya? Tanggungjawabnya baru
sebatas ke pembibing…. Dan tingkat kesibukan mereka pun saya rasa masih juaauuh
sibuknya dibandingkan dengan sekedar saya.
Alhamdulillah, Panjenengan paring saya ridlo untuk menjomblo walau
sementara. Harapan saya Gusti,, setelah iship ini berakhir, Engkau berikan
tanggungjawab besar dimana saya bisa menerima dan amanah untuk menjalankannya.
Paringono saya jodoh terbaik, Gusti.
Pun,, matur nuwun atas oret2an saya. Ndak saya edit lagi, soale udah
kebelet mau nyuci.
Tengkyuh